Petunjuk Teknis Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SMA/Sederajat Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 Balai Bahasa Provinsi Aceh
A. Pelaksanaan Festival
1. Festival diselenggarakan dalam format dua babak (penyisihan dan final).
2. Babak penyisihan dilaksanakan dengan cara mengirimkan karya terbaik dalam
bentuk video.
3. Pengumuman 10 tim yang berhak masuk babak final disampaikan melalui akun media sosial Balai Bahasa Provinsi Aceh.
4. Seluruh finalis akan tampil secara langsung di hadapan para juri.
5. Setiap tim wajib mempersiapkan alat musik masing-masing.
6. Babak final dilaksanakan di Kota Banda Aceh.
7. Balai Bahasa Provinsi Aceh memberikan uang penggantian transportasi lokal (dalam kota), konsumsi, kudapan bagi peserta finalis pada saat penyelenggaraan babak final.
8. Biaya transportasi dan akomodasi peserta dari kota/kabupaten asal ke lokasi penyelenggaraan babak final Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SMA/Sederajat Se-Provinsi Aceh 2024 (pulang-pergi) tidak ditanggung oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh.
9. Keputusan dewan juri tidak dapat diganggu gugat.
B. Ketentuan Pendaftaran
1. Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SMA/Sederajat Se-Provinsi Aceh 2024 terbuka untuk seluruh pelajar SMA/sederajat se-Provinsi Aceh dan tidak dipungut biaya (gratis).
2. Pendaftaran dilakukan dengan cara mengisi formulir melalui tautan:
3. Satu sekolah hanya boleh mendaftarkan satu tim.
4. Tim terdiri atas 3–6 orang pelajar dan 1 pembimbing.
5. Personel tim yang menjadi peserta Festival Musikalisasi Puisi Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 adalah pelajar kelas X dan/atau XI.
6. Perwakilan tim wajib mengikuti taklimat (briefing) secara daring melalui aplikasi Zoom.
7. Seluruh personel tim beserta pendamping wajib mengikuti (follow) salah satu akun media sosial Balai Bahasa Provinsi Aceh.
a) Laman: bbaceh.kemendikdasmen.go.id
b) Facebook: balai bahasa provinsi Aceh
c) Instagram: balaibahasa.aceh
d) X: BBhsAceh
C. Petunjuk Khusus
1. Festival diselenggarakan dalam format dua babak (penyisihan dan final).
2. Pada babak penyisihan, Peserta Festival Musikalisasi Puisi Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 wajib mengirimkan 2 video (1 video puisi wajib dan 1 video puisi pilihan) yang digunakan pada kompetisi tingkat Provinsi Aceh (peserta memilih 1 puisi wajib dan 1 puisi pilihan dari beberapa judul puisi terlampir pada poin terakhir juknis ini).
3. Perekaman video dilakukan di ruangan yang kondusif.
4. Durasi video musikalisasi puisi maksimal 5 menit untuk puisi wajib dan 5 menit untuk puisi pilihan. Penghitungan waktu dimulai pada saat musik berbunyi atau saat kata pertama diucapkan dan diakhiri pada saat music berhenti atau saat kata terakhir diucapkan.
5. Peserta tidak memperkenalkan diri dan tidak menyebutkan judul dan pencipta puisi.
6. Puisi dinyanyikan secara utuh (tidak dideklamasikan atau didramatisasi). Peserta tidak diperkenankan menambah, mengurangi, mengubah, atau mengulang suku kata/kata/lirik/bait dalam teks puisi. Jika hendak melakukan pengulangan, puisi dinyanyikan secara utuh, tidak hanya sebagian.
7. Peserta tidak menambahkan gumam atau adlib (ad libitum).
8. Musikalisasi puisi disajikan dengan menggunakan instrumen/alat musik tradisional dan/atau modern (elektrik dan/atau akustik) yang dimainkan secara langsung oleh personel tim.
9. Aransemen musikalisasi puisi dapat menggunakan berbagai genre musik: pop,
klasik, dangdut, jaz, rege, dsb.
10. Peserta memakai kostum bebas, sopan, dan rapi. Jika hendak menyelaraskan kostum dengan tema puisi, kostum yang dikenakan sebaiknya selaras dengan representasi puisi. Jika penyelarasan kostum tidak dilakukan, peserta mengenakan kostum yang netral.
11. Video musikalisasi puisi tidak menimbulkan konflik suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA), serta tidak melanggar hak cipta (musik/aransemen bukan plagiarisme).
12. Video musikalisasi puisi merupakan satu video rekaman utuh (one take video)
dengan kualitas audio dan visual yang baik (rasio 16:9 dan resolusi 1280×720 HD).
Video diambil hanya dengan menggunakan satu kamera dalam posisi pengambilan gambar horizontal (mendatar) secara statis, tanpa memanfaatkan teknik zum keluar (zoom out) dan zum masuk (zoom in).
13. Peserta tidak diperkenankan melakukan pemotongan dan/atau penyuntingan video ataupun audio.
14. Seluruh personel tim beserta instrumen/alat musik yang dimainkan terlihat dalam satu bingkai video.
15. Di dalam rekaman video tidak dituliskan identitas sekolah, judul puisi, dan nama
penyair.
16. Video yang dikirim untuk mengikuti lomba ini tidak sedang diikutkan dalam lomba atau kompetisi serupa lainnya.
17. Video yang dikirim untuk mengikuti festival ini dapat dimanfaatkan oleh Balai
Bahasa Provinsi Aceh dalam rangka pengembangan dan pembinaan bahasa
dan sastra Indonesia.
18. Kriteria penilaian Festival Musikalisasi Puisi Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 meliputi
(a) penafsiran puisi (30%),
(b) komposisi dan aransemen (25%),
(c) keselarasan atau harmonisasi (25%), dan
(d) penampilan (20%).
19. Juri akan menilai video kiriman peserta berdasarkan kriteria penilaian tersebut.
20. Pada babak penyisihan, 10 video terbaik dipilih sebagai finalis yang berhak tampil pada babak final.
21. Finalis menampilkan secara langsung karya musikalisasi puisi babak penyisihan di hadapan dewan juri pada babak final.
D. Petunjuk Pengiriman Video
1. Peserta Festival Musikalisasi Puisi Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 mengunggah video musikalisasi puisi dari dua tim perwakilan provinsi melalui akun YouTube Sekolah dan tautan (link) video tersebut wajib dicantumkan pada formulir pendaftaran dan pengiriman karya yang diakses melalui tautan https://bit.ly/festivalmuspusaceh2024
2. Peserta melampirkan surat tugas dari kepala sekolah untuk mengikuti festival tersebut.
3. Pengiriman karya dalam borang (google form) tersebut dilengkapi surat tugas personel tim serta pembimbing/pendamping dalam format pdf.
4. Video dikirim sesuai dengan jadwal yang tertera pada lini masa.
5. Di dalam video musikalisasi puisi, peserta tidak dibolehkan untuk menulis identitas sekolah, judul puisi, dan nama penyair. Judul puisi dan deskripsi video ditulis pada kolom deskripsi YouTube dengan mengikuti ketentuan berikut.
(a) Format Penulisan Judul pada Video Puisi Wajib
Puisi Wajib: “(judul puisi)” Karya (nama penyair)
Contoh:
Puisi Wajib: “Tusuk Gigi” Karya Soni Farid Maulana
(b) Format Penulisan Judul pada Video Puisi Pilihan
Puisi Pilihan: “(judul puisi)” Karya (nama penyair)
Contoh:
Puisi Pilihan: “Priangan” Karya Saini K.M.
c) Deskripsi
Deskripsi video musikalisasi puisi ditulis dengan format berikut.
Video musikalisasi puisi karya SMA/SMK/MA (tuliskan nama sekolah) yang diaransemen oleh (nama pengaransemen) ini diikutkan dalam Festival Musikalisasi Puisi Tingkat SMA/Sederajat Se-Provinsi Aceh Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Aceh, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek.
E. Lini Masa Kegiatan
1. Sosialisasi dan Taklimat: Rabu, 22 Mei 2024
2. Pendaftaran dan Pengiriman Video: 23 Mei—22 Juni 2024
3. Penjurian Video: 24—28 Juni 2024
4. Pengumuman 10 Finalis: Senin, 1 Juli 2024
5. Persiapan Babak Final: 2—5 Juli 2024
6. Rapat Teknis (Technical Meeting) Babak Final: Selasa, 9 Juli 2024
7. Babak Final: Rabu, 10 Juli 2024
*Catatan:
Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu. Jika ada perubahan berarti dalam lini masa, kami akan segera menginformasikannya melalui laman dan media sosial BBP Aceh.
F. Hadiah dan Penghargaan
Hadiah berupa piala, sertifikat, dan uang pembinaan.
Pemenang I : Rp4.000.000
Pemenang II : RP3.750.000
Pemenang III : Rp3.500.000
Pemenang Harapan I : Rp3.000.000
Pemenang Harapan II : Rp2.750.000
Pemenang Harapan III : Rp1.800.000
Pemenang I dan II akan mewakili Provinsi Aceh dalam Festival Musikalisasi Puisi Tingkat Nasional Tahun 2024.
G. Daftar Puisi Wajib dan Puisi Pilihan
Tema
“Cerita Bumi”
Puisi Wajib
“Tusuk Gigi” karya Soni Farid Maulana
Puisi Pilihan
1. “Priangan” karya Saini K.M.
2. “Soneta Laut” karya Subagio Sastrowardoyo
3. “Di Musim yang Lain” karya Ulfatin Ch.
4. “Daun” karya Soni Farid Maulana
5. “Pesan Kakek” karya Felix K. Nesi
6. “Lagu Orang Bukit” karya Imam Budhi Santosa
7. “Pulang ke Rahim Bumi” karya Oka Rusmini
8. “Sabana” karya Umbu Landu Paranggi
9. “Lereng Merapi” karya Sitor Situmorang
10. “Sajak Matahari” karya W.S. Rendra
H. Teks Puisi Wajib dan Puisi Pilihan
A. Puisi Wajib
Soni Farid Maulana
Tusuk Gigi
Ada suara hutan menjerit
Dari sebuah tusuk gigi di hadapanku
Tanah berumput keong lumpur yang mati
Melayangkan kenanganku akan berbagai suku
Yang tumpur disantap nafsu hitam zaman kolonial
Cacing-cacing menyuburkan pohonan
Tapi hutan demi hutan lenyap sudah
Dengus gergaji kiranya
Bikin beragam hewan mengungsi
Ke dalam buku catatan biologi
Atau ke dalam buku cerita kanak-kanak
Yang dibaca sambil tiduran
1987—1997
Sumber: Kita Lahir sebagai Dongengan
(Indonesia Tera, 2000)
B. Puisi Pilihan
Saini K.M.
Priangan
Di sini tinggal bangsa petani
Hati berakar di dalam bumi
Sedang kali kehidupan
Berhulu di kubur leluhur.
Di sini lahir bangsa musafir
Berkawan Lembah gunungmu
Jalan kenangan bersilang
Menjangkau dusun dan kota.
Di sini hidup bangsa penyair
Kekasih bulan purnama
Kecapi malam cendana berukir
Semerbak lagu Cianjuran.
1960
Sumber: Nyanyian Tanah Air
(Grasindo, 2000)
Subagio Sastrowardoyo
Soneta Laut
Laut, di mana mata airmu
supaya aku bisa kembali ke asalmu
Laut, di mana mata anginmu
supaya aku bisa mengikuti arusmu
Jika kehadiran tak membekas
di pasir sedang keharuan
begitu dalam mengukir
Jika alamat tak menjamin
datangnya surat ditunggu
sedang dari jauh terdengar
sayup kepak-kepak rindu
Aku ingin sendiri dengan laut
di mana kulontarkan cinta kelam
Tenggelam dalam gelombang surut
Sumber: Dan Kematian Makin Akrab
(Grasindo, 1995)
Ulfatin Ch.
Di Musim yang Lain, Aku Kembali
Setahun kujelajahi hutan ini
sepi belaka, tanpa penghuni
Lalu kubangun rumah dekat sungai
agar lebih mudah kukenali mata angin
dan aku tenang memandang bulan
Sesekali lewat angin
aku meniupkan tembang-tembang cinta
hingga aku tidur, dan ketika bangun
sudah kudapatkan mekar mawarku.
Embun itu jatuh dari kelopak mawar
dan aku pun berangkat mendekat senja
sebab tak bisa kuharap lagi bulan
di akhir musim ini
atau pun mata hari siap tenggelam
Dan ketika aku kembali di musim yang lain
kudapatkan hutan itu telah ramai
menjadi kota
dan di antara dataran yang dibelah sungai
telah terbangun jembatan
aku tak lupa rumahku, tapi di mana
1993
Sumber: Antologi Puisi Kota Terbayang
(Taman Budaya Yogyakarta, 2017)
Soni Farid Maulana
Daun
Siapa yang tak hanyut
oleh guguran daun: ketika angin
mempermainkannya di udara terbuka
ketika lembar demi lembar cahaya matahari
menyentuh miring dengan amat lembutnya
siapa yang tak hanyut oleh guguran daun
ketika maut begitu perkasa
mencabut usia hingga akarnya, ketika matahari
menarik tirai senja, ketika keheningan
menyungkup batu-batu di dada. Siapa
yang tak hanyut oleh guguran daun: ketika
lobang kuburan ditutup perlahan, ketika
doa-doa dipanjatkan dengan suara tersekat
ketika kutahu pasti kau tak di sampingku
1980
Sumber: Antologi Puisi Indonesia
(Yayasan Lontar, 2017)
Felix K. Nesi
Pesan Kakek
Datanglah di musim penghujan, Emanuel
Sebelum ibu membakar almanak dan
Ayah mengerami kalong
Padang hijau berembun
Sapi tambun menari
Kunang-kunang menyalakan mimpi
Bagi laki-laki yang mencintai malam
Orang-orang bercerita tentang
Pesta dansa malam natal—
Kau boleh membakar singkongmu sendiri
Kau boleh percaya pada cita-cita atau
Apapun yang tidak diajarkan
Di sekolah
Ia menandai kalender
Dengan lagu dan kesabaran
Tetapi seperti hujan
Tak ada kakek di hari natal.
Malang, 2016
Sumber: Kita Pernah Saling Mencinta
(Gramedia Pustaka Utama, 2021)
Imam Budhi Santosa
Lagu Orang Bukit
Menyandarkan bukit pada langit
doamu diikuti segala rumput
pori-pori tanah
dan kabut. Sepertinya aku
menemukan pelangi
dari setiap kelopak bunga
dan mata air
di setiap dada. Kepada Semak
kepada hutan menyebut saudara
rumahku juga rumahmu
kita bernapas dan senapas
mencintai bumi dari waktu ke waktu
1980
Sumber: Matahari-Matahari Kecil
(Interlude, 2023)
Oka Rusmini
Pulang ke Rahim Bumi
aku tak mau tubuhku disentuh tanah yang lain
kecuali warna tanahmu
matahari tak mampu merobek keputusan
yang semakin menetes membasuh jiwa
coba mengajakku pulang
dari mana harus mulai bicara
melalui daun-daun
atau menunggu matahari jatuh
memberi warna pada rumput
biar tubuh terbakar
aku tak mau menyentuhmu
tidak juga mengenalmu
aku tahu kau selalu ada
melukis wajahku
mengajari menyulam waktu
untuk paham arti perjalanan menjadi manusia
aku ingin rasaku mati
setiap menyentuh jengkal tanahmu
1990
Sumber: Warna Kita
(Grasindo, 2007)
Umbu Landu Paranggi
Sabana
memburu fajar
yang mengusir bayang-bayangku
menghadang senja
yang memanggil petualang
sabana sunyi
di sini hidupku
sebuah gitar tua
seorang lelaki berkuda
sabana tandus
mainkan laguku
harum napas bunda
seorang gembala berpacu
lapar dan dahaga
kemarau yang kurindu
dibakar matahari
hela jiwaku risau
karena kumau lebih cinta
hunjam aku ke bibir cakrawala
Sumber: “Persada Studi Klub dan Sajak-Sajak Presiden Malioboro” dalam Suara
Pancaran Sastra: Himpunan Esai dan Kritik, Korrie Layun Rampan
(Yayasan Arus Jakarta, 1984)
Sitor Situmorang
Lereng Merapi
Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
Aku akan rindu balik pada semua ini
Sunyi yang kutakuti sekarang
Rona lereng gunung menguap
Pada cerita cemara berdesir
Sedu cinta penyair
Rindu pada elusan mimpi
Pencipta candi Prambanan
Mengalun kemari dan dataran…
Dan sekarang aku mengerti
Juga di sunyi gunung
Jauh dari ombak menggulung
Dalam hati manusia tersendiri
Ombak lautan rindu
Semakin nyaring menderu…
Sumber: Kumpulan Sajak 1948—1979
(Komunitas Bambu, 2006)
W.S. Rendra
Sajak Matahari
Matahari bangkit dari sanubariku,
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
Kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi Rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia!
Yogya, 5 Maret 1976
Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi
(Lembaga Studi Pembangunan Jakarta, 1980)
