Mancakrida Pegawai Tahun 2025: Meraih Kinerja Tinggi dengan Motivasi Diri dan Harmoni Tim yang Mumpuni

Gambar 1. Foto Bersama Mancakrida Pegawai Tahun 2025

Balai Bahasa Provinsi Aceh melaksanakan kegiatan Mancakrida Pegawai Tahun 2025 di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, pada 15—17 Oktober 2025. Kegiatan yang diikuti oleh 45 peserta ini mengusung tema “Meraih Kinerja Tinggi dengan Motivasi Diri dan Harmoni Tim yang Mumpuni.” Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperkuat kebersamaan, meningkatkan kompetensi pegawai, serta menumbuhkan semangat kerja yang adaptif, kolaboratif, dan inovatif di lingkungan Balai Bahasa Provinsi Aceh.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Drs. Umar Solikhan, M.Hum., dalam arahannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya strategis lembaga untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia. Beliau menekankan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang sehat secara fisik dan mental, memperkuat komunikasi antarpegawai, dan membangun budaya kerja yang kolaboratif serta berintegritas tinggi. “Melalui kegiatan ini, kita ingin meneguhkan semangat kebersamaan dan meningkatkan motivasi diri agar seluruh pegawai mampu memberikan kinerja terbaik bagi lembaga dan masyarakat,” ujar beliau saat membuka kegiatan.

Hari Pertama: Pembukaan dan Paparan Motivasi

Gambar 2. Pembukaan Acara oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh

Rangkaian kegiatan dimulai pada Rabu, 15 Oktober 2025. Setelah perjalanan menuju Takengon, acara resmi dibuka pada Pukul 20.00 WIB oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Drs. Umar Solikhan, M.Hum. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kegiatan mancakrida sebagai sarana penguatan nilai-nilai kerja tim, sekaligus kesempatan untuk menyegarkan kembali semangat kebersamaan di antara seluruh pegawai.

Setelah pembukaan, kegiatan dilanjutkan dengan sesi motivasi bertajuk “Peningkatan Kompetensi ASN Menuju ASN yang Adaptif, Kolaboratif, dan Inovatif” yang disampaikan oleh motivator muda asal Takengon, Azza Aprisaufa, S.Inf., M.S.M. Sesi ini menjadi salah satu bagian paling inspiratif dari kegiatan mancakrida. Dalam paparannya, narasumber membahas nilai diri dan motivasi kerja melalui sejumlah analogi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Ia menjelaskan bahwa nilai seseorang diibaratkan seperti botol berkapasitas 600 mililiter, harganya bergantung pada isi di dalamnya. Air mineral mungkin bernilai lima ribu rupiah, tetapi madu atau parfum di wadah yang sama bisa bernilai jauh lebih tinggi. Artinya, nilai seseorang ditentukan oleh kualitas dirinya, bukan wadah atau jabatannya.

Selanjutnya, Azza mengingatkan pentingnya memperbaiki hubungan spiritual dengan Tuhan. “Jangan seperti orang yang setiap hari mengepel lantai tergenang tanpa memperbaiki atap yang bocor,” ujarnya, mengibaratkan rutinitas kehidupan tanpa perbaikan hubungan dengan Tuhan sebagai upaya yang tidak menyentuh akar persoalan.

Ia juga menegaskan bahwa untuk menjadi pribadi bernilai, seseorang harus rela ditempa dan diolah, sebagaimana daging giling yang baru menjadi berharga setelah diolah menjadi bakso, atau pasir yang diayak menjadi bahan dinding, bukan hanya lantai.

Gambar 3. Kabalai bersama dengan Narasumber dan Duta Bahasa Provinsi Aceh

Dalam sesi tanya jawab, peserta aktif mengajukan pertanyaan seputar kerja tim, ketimpangan beban kerja, dan etika profesional. Yanti Zulita, S.S., M.Pd., salah satu peserta, menanyakan cara membangun kolaborasi dengan tim yang berbeda karakter. Menanggapi hal itu, Azza mengutip peribahasa Gayo yang lebih kurang bermakna bekerja sesuai aturan dan berbuat baik tanpa batas.

Selain itu, pembahasan juga menyinggung delapan kompetensi ASN yang perlu diperkuat, yaitu integritas, komunikasi, kerja sama, orientasi pada hasil, pandangan strategis, pengembangan diri (development), pemecahan masalah (problem solving), dan pengambilan keputusan. Menurut narasumber, kedelapan aspek ini harus berjalan beriringan agar pegawai dapat beradaptasi terhadap perubahan dan bekerja secara efektif dalam tim.

Beberapa pertanyaan lain juga menyoroti tantangan dalam pekerjaan, seperti ketimpangan beban kerja, kelelahan (burnout), dan dilema antara hasil cepat dan kepatuhan terhadap aturan. Menurut Azza, “Sesuatu yang dikerjakan dengan cara salah tidak akan menjadi benar meskipun tujuannya baik.” Ia menegaskan bahwa etika dan integritas harus tetap dijaga, karena hasil yang baik hanya dapat dicapai melalui cara yang baik pula.

Menutup sesi tersebut, narasumber mengutip QS. An-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” Ia berpesan hikmah adalah suatu pelajaran atau teladan, maka ia mengingatkan agar setiap individu menjadi teladan, tidak menunggu perintah dari pimpinan untuk berbuat baik. “Jika berharap hujan yang melimpah, jangan hanya siapkan gelas kecil,” ujarnya, mengingatkan pentingnya usaha besar untuk mewujudkan harapan besar.

Hari Kedua: Team Building dan Peningkatan Kompetensi Kebahasaan

Gambar 4. Kegiatan Luar Ruangan

Kamis, 16 Oktober 2025, seluruh peserta mengikuti kegiatan luar ruangan di Temas River Park. Kegiatan dibuka oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, yang menyoroti pentingnya kesatuan fisik dan mental dalam menciptakan sinergi positif antarpegawai. Kegiatan luar ruangan ini mencakup berbagai team building games yang melatih konsentrasi, kebersamaan, komunikasi, dan kolaborasi.

Setelah waktu istirahat, salat, dan makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan arung jeram, yang menjadi momen penuh keceriaan sekaligus melatih kerja sama tim dalam menghadapi tantangan nyata di alam terbuka. Kegiatan ini memperlihatkan kekompakan dan sportivitas seluruh peserta dalam suasana penuh semangat dan kebersamaan.

Gambar 5. Paparan Materi oleh Tim Pembahu

Pada malam harinya, kegiatan berlanjut dengan Paparan Peningkatan Kompetensi Kebahasaan dalam Tata Naskah Dinas oleh Tim Pembinaan Bahasa dan Hukum (Pembahu) Balai Bahasa Provinsi Aceh, yaitu Safrizal dan Sabrun Jamil Tanjung. Sesi ini dibuka oleh Dr. Baun Thoib, S.Ag., M.Ag., Kepala Subbagian Umum BBPA, yang menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah agar pegawai lebih terampil dalam menyusun surat dinas dan dokumen resmi secara singkat, praktis, dan efektif.

Dalam paparannya, tim Pembahu menekankan prinsip dasar penulisan surat dinas yang baik: singkat, padat, logis, dan meyakinkan. Materi disampaikan secara interaktif, disertai contoh penulisan frasa, sapaan, dan kop surat yang sesuai kaidah kebahasaan dan tata naskah dinas yang berlaku.

Beberapa peserta mengajukan pertanyaan menarik, antara lain tentang penggunaan frasa “Dengan hormat,” dalam surat dinas, etika penyebutan sapaan “Bapak/Ibu” kepada pejabat yang memiliki jabatan lebih tinggi, serta penulisan bagian kop surat agar tidak rancu. Tim narasumber menjelaskan bahwa penulisan surat dinas harus mengikuti aturan kebahasaan yang logis, bukan sekadar formalitas.

Sebelum penutupan acara, salah satu peserta, Nurus Syahri Nasution, menyampaikan kesan positifnya terhadap seluruh rangkaian kegiatan mancakrida. Ia menilai bahwa kegiatan ini sangat seru dan berkesan. Meski melelahkan, kegiatan tersebut justru mempererat hubungan antarpeserta serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kerja sama dan komunikasi dalam tim. Nurus juga menyampaikan apresiasi kepada panitia atas penyelenggaraan kegiatan yang berjalan lancar dan penuh makna, serta berharap semangat kebersamaan yang terbangun tidak berhenti hanya sampai kegiatan ini saja.

Sebagai penutup sesi, Dr. Baun Thoib menyampaikan refleksi bahwa kegiatan ini berjalan dengan baik berkat kerja sama, kesadaran diri, dan tanggung jawab seluruh peserta. Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Umar Solikhan, menambahkan pesan penting agar setiap pegawai senantiasa menjaga kesehatan jasmani, berpikir positif, dan berjiwa ikhlas dalam menghadapi berbagai tantangan pekerjaan. “Apa yang kita pikirkan akan memengaruhi kondisi tubuh kita,” ujarnya.

Hari Ketiga: Kepulangan

Jumat, 17 Oktober 2025, ditutup dengan penyelesaian administrasi. Seluruh peserta kemudian bersiap untuk kembali ke Banda Aceh. Dalam suasana hangat, kegiatan mancakrida ditutup dengan penuh semangat kebersamaan dan rasa syukur. Para peserta membawa pulang bukan hanya pengalaman baru, tetapi juga semangat kerja yang lebih kuat untuk berkontribusi dalam pengembangan dan pembinaan bahasa dan sastra di Aceh.

Melalui kegiatan Mancakrida Pegawai Tahun 2025 ini, Balai Bahasa Provinsi Aceh berhasil meneguhkan kembali komitmen pegawainya untuk bekerja dengan integritas, kolaborasi, dan motivasi tinggi, sejalan dengan semangat tema kegiatan: Meraih Kinerja Tinggi dengan Motivasi Diri dan Harmoni Tim yang Mumpuni.

Tinggalkan balasan!