Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Bapak Imam Budi Utomo, didampingi Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh, Bapak Umar Solikhan turun langsung menyambangi sekolah-sekolah terdampak bencana di Kabupaten Pidie Jaya. Kunjungan tersebut dilaksanakan di SD Negeri 1 Meurah Dua dan SD Muhammadiyah Meureudu sebagai bagian dari kegiatan pendampingan dan penyaluran buku bacaan literasi untuk siswa sekolah dasar.
Kegiatan ini tidak hanya berfokus pada distribusi buku bacaan, tetapi juga dilengkapi dengan penyaluran persediaan logistik, obat-obatan, serta peralatan sanitasi untuk mendukung kebutuhan dasar warga sekolah pascabencana.
Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Bahasa, Imam Budi Utomo, yang menegaskan komitmen Badan Bahasa dalam memastikan kegiatan literasi tetap hadir, bahkan di tengah situasi darurat. Kegiatan ini juga mendapat sambutan dan ucapan selamat datang dari Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya, sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap upaya pemulihan psikososial anak-anak melalui literasi.
Dalam pelaksanaannya, anak-anak diajak mengikuti kegiatan mendongeng yang dibawakan oleh Dinda Jauhana dari TBM Lhee Club, serta kegiatan membaca nyaring oleh Pamela Laveta dari Tim Literasi Pusat Pembinaan Bahasa, Badan Bahasa. Melalui cerita dan interaksi hangat, anak-anak diajak untuk kembali tersenyum, tertawa, dan merasakan suasana aman setelah melewati pengalaman bencana.
Di tengah suasana pascabencana, kegiatan ini menghadirkan ruang yang aman dan penuh kehangatan dengan menjadikan buku dan cerita sebagai jembatan untuk membantu anak-anak mengatasi trauma. Cerita tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga media pemulihan emosional yang sederhana namun bermakna.
Kolaborasi bersama Duta Bahasa Provinsi Aceh dan TBM Lhee Club menjadi bukti nyata sinergi berbagai pihak dalam menjaga keberlanjutan literasi di daerah terdampak bencana. Melalui kegiatan ini, Badan Bahasa menegaskan komitmennya untuk terus menumbuhkan semangat literasi, memulihkan harapan, dan menyalakan kembali semangat hidup di hati para penyintas, khususnya anak-anak.
Melalui cerita, diharapkan tawa dapat kembali merekah dan semangat hidup akan terus bersemi, meskipun dalam situasi yang penuh tantangan.
